Dipublikasikan pada Kamis, 15 Desember 2011 | 17:41
Farid Abdurrahman (Santri Pesantren Media)
Diawali
rasa penasaran terhadap Bunga Bangkai. Pagi itu, Jum’at (2/12), saya
beserta beberapa orang guru dan teman nampak hilir mudik di Kebun Raya
Bogor. Di antara kami ada yang memegang buku tulis dan nampak sibuk
mencatat hal-hal penting. Perhatian kami tertuju pada satu lokasi.
Lokasi tempat tumbuhnya sebuah bunga berukuran raksasa. Orang-orang
mengenal bunga ini dengan sebutan Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanium)
Rasa penasaranlah yang membuat kami berada di sini. Satu
hari yang lalu, salah seorang guru kami mendapat informasi dari media
massa bahwa telah tumbuh sebuah Bunga Bangkai di Kebun Raya Bogor.
Selama ini saya dan teman-teman hanya melihat bunga ini secara tidak
langsung baik itu di televisi maupun di majalah. Kami ingin melihat
langsung bunga ini dari dekat.
Rasa penasaran itu akhirnnya terobati juga. Setelah
membayar karcis masuk seharga Rp. 10.000 per orang kami pun dapat
melihat langsung bunga ini dari dekat. Bunga Bangkai ini mempunyai
tinggi sekitar 200 cm. Bagian paling menonjol dari bunga ini adalah
batang putiknya yang berwarna coklat. Batang putik ini mengambil porsi
terbanyak tampilan bunga. Bagian bawahnya nampak ditopang oleh kelopak
bunga berwarna merah hati pada bagian atas dan hijau di bagian bawah.
Bunga ini tumbuh di lokasi yang agak sulit dijangkau.
Kemiringan lahannya mencapai 45 derajat. Hujan membuat permukaan tanah
yang miring ini licin. Saya melihat para pengunjung mengeluarkan upaya
dan konsentrasi ekstra agar tidak terpeleset.
Kami hanya bisa melihat Bunga Bangkai ini dari dekat.
Kami tidak bisa menyentuhnya karena sebuah pagar bambu memagari tanaman
unik ini. Pemagaran ini dilakukan pihak pengelola Kebun Raya untuk
menjaga daya tahan bunga. Umur bunga ini sangat singkat. Ia hanya tumbuh
selama kurang lebih tiga hari. Jika banyak tangan-tangan yang tidak
berkepentingan menyentuh bunga ini, dikhawatirkan masa tumbuhnya akan
semakin singkat.
Usai melihat Bunga Bangkai kami tidak langsung pulang.
Masih banyak waktu luang hari ini. Kami ingin masih ingin mondar-mandir
di Kebun Raya Bogor, menghilangkan kepenatan jiwa dengan melihat
keeksotisan kebun ini lebih jauh.
Dari lokasi tumbuhnya Bunga Bangkai, dengan menggunakan
mobil, kami bergerak ke sisi lain Kebun Raya. Kami pun tiba di sebuah
jembatan. Setelah saya periksa, jembatan ini bernama Jembatan Lembayung.
Jembatan ini dibangun pada tanggal 25 Mei 2002. Di bawah jembatan ini
nampak aliran air sungai yang jernih mengalir melewati babatuan beraneka
ukuran. Saya merasa tidak seperti berada di tengah kota, melainkan di
pedesaan yang terletak di pinggir hutan. Suara kicau burung mengiringi
keceriaan kami yang sedang berpose ria, mengabadikan kehadiran kami di
jembatan ini.
Setelah puas bermain di jembatan, kami berlarian
kesebuah lapangan terbuka nan hijau. Di tenngah-tengah lapangan ini
nampak sebuah kolam dengan air mancur di tengahnya. Saya beserta dua
orang anak, Abdullah dan Taqi, berolahraga di sini. Kami bermain bola
yang tadi dibeli ketika rombongan berada di lokasi Bunga Bangkai.
Setelah lelah bermain saya mencoba telentang sebentar di
atas rerumputan di lapangan ini. Saya menatap jauh ke langit. Jiwa
serasa melayang ke angkasa. Dada pun terasa lapang. Berangsur-angsur,
rasa penat hilang.
Setelah puas di tempat ini, kami bergerak kembali ke
bagian lain kebun. Kami berhenti di sebuah kolam di pinggir sebuah
lapangan hijau yang melandai. Kolam ini ditumbuhi Bunga Teratai. Selain
keindahan bunganya, kami juga dibuat kagum oleh daun bunga teratai ini.
Daunnya unik, lebarnya setara dengan sebuah tempayan dan mengapung
mendatar di atas permukaan air.
Di ujung acara jalan-jalan ini, kami menyempatkan diri
mengunjungi Musium Zoologi. Musium ini mengkoleksi berbagai jenis hewan
tiruan, kerangka-kerangka hewan, dan juga hewan yang sengaja diawetkan.
Di pintu masuk musium ini dipajang kerangka Paus Biru berukuran raksasa.
Pannjangnya mencapai puluhan meter. Jika hewan ini masih hidup, mungkin
besarnya ukurannya hampir sama dengan sebuah pesawat perintis.
Selepas mengunjungi Musium Zoologi kami pun memutar arah
mobil kembali ke rumah. Untuk melengkapai keceriaan, kami semua membeli
es durian yang dijual oleh seorang pedagang kaki lima di luar area
kebun.
Keeksotisan Kebun Raya Bogor serta keunikan Musium
Zoologi membebaskan pikiran saya dari kejenuhan aktifitas sehari-hari.
Kini, jiwa terasa lapang dan berbagai ide segar serta semangat menjalani
rutinitas hidup muncul kembali. (farid ab/famedo.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar