Dipublikasikan pada Minggu, 13 November 2011 | 11:49
Tak seperti biasanya, waktu diskusi dimulai ba’da Asar, tepatnya
pukul 16.00 WIB. Pemilihan waktu ini disepakati karena banyaknya peserta
yang tidak bisa hadir jika diskusi dilakukan pada malam hari.
Alhamdulillah, peserta diskusinya kini bertambah. Ada empat orang akhwat
yang hadir dalam diskusi pekanan ini: Junnie; Hesty, Fauziah, dan Wuri.
Diskusi Aktual yang digelar setiap pekan ini adalah bagian dari upaya
MediaIslamNet dan Pesantren Media merespon setiap kejadian penting dan
menarik serta berdampak bagi kehidupan kaum muslimin. Diskusi pada 9
November 2011 lalu mengambil tema: “Apa Maunya Obama Datang”. Tema ini
dipilih berkaitan dengan rencana kedatangan (kembali) Obama, penguasa
Amerika Serikat dan presiden negara penjajah negeri-negeri muslim.
Diskusi dibuka oleh Ustadz Umar Abdullah, yang menjelaskan bahwa
rencana kedatangan Obama ke Bali di KTT Pemimpin ASEAN. “Ini perlu
diwaspadai mengapa dia sebagai Kepala Negara AS perlu ikut menghadiri
KTT tersebut,” sambungnya.
Untuk mengefektifkan waktu, Ustad Umar mempersilakan peserta untuk
bertanya atau menyampaikan apa saja yang perlu dibahas dalam diskusi
aktual pekanan tersebut. Seorang peserta akhwat, Junnie Nishfiyanti,
yang juga Koordinator Pelaksana Program Voice of Islam mengajukan
pertanyaan, “Apa pentingnya AS dalam KTT Pemimpin ASEAN tersebut dan
apakah benar ada hubungannya dengan konflik Laut Cina Selatan?”
Junnie melontarkan pertanyaan ini karena dirinya mendapat kiriman SMS
dari temannya yang menympaikan kabar tersebut. Itu sebabnya, Ustadz
Umar Abdullah sempat nyeletuk bahwa, “Ya, Junnie tanya saja sama
pengirim SMS itu. Hehehe…”
Ustad Umar memberikan kesempatan kepada peserta yang lain untuk
bertanya, namun tidak ada yang merespon. Akhirnya, sepakat untuk
langsung menjawab pertanyaan dari Junnie Nishfiyanti. Ustadzah Latifah
Musa memberikan jawaban bahwa kepentingan AS di KTT ASEAN setidaknya ada
tiga aspek: Pertama, aspek ekonomi, yakni karena daerah Laut Cina
Selatan merupakan jalur lalu lintas perdagangan internasional. Kedua,
aspek strategis karena di sana juga terdapat sumber daya alam yang cukup
melimpah, khususnya minyak bumi dan gas alam. Ketiga,aspek geopolitik
yang meskipun belum ada bukti kuat, Amerika Serikat hendak membangun
pangkalan militer di sekitar kawasan tersebut.”
Namun, pernyataan Ustadzah Latifah sedikit disanggah oleh Ustad Umar
Abdullah, terutama poin pertama dan ketiga, “Justru saya mempertanyakan,
jika benar itu adalah jalur perdagangan internasional, tentunya tak
perlu izin bagi negara manapun yang hendak melintasi kawasan tersebut.
Jadi, apa maksudnya AS membidik aspek ekonomis tersebut? Selain itu,
saya sangat meragukan bahwa Amerika Serikat memiliki modal untuk
membangun pangkalan militer dalam kondisi keuangan negara yang sedang
terpuruk. Satu-satunya yang masih masuk akal niat AS mencampuri urusan
ASEAN di KTT Pemimpin ASEAN adalah untuk mengambil peluang mendapatkan
cadangan minyak dan gas alam yang berada dalam kawasan Laut Cina Selatan
yang menjadi sengketa sejak lama antara Cina, Taiwan, Filipina,
Malaysia, Brunei dan Vietnam. Empat negara terakhir adalah anggota
ASEAN,” panjang lebar Ustadz Umar Abdullah menyampaikan penjelasannya.
Jika melihat data teknis tentang kawasan Laut Cina Selatan, khususnya
yang diperebutkan 6 negara itu adalah kepulauan Paracel dan Spratly.
Kedua kepulauan ini kaya dengan minyak dan gas alam. Menurut data yang
dikutip oleh Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Cina memperkirakan
cadangan minyak di sana sebesar 213 miliar barel -atau 10 kali lipat
dari cadangan milik Amerika Serikat. Namun para ilmuwan AS memperkirakan
jumlah minyak di sana 28 miliar barel. Menurut EIA, cadangan terbesar
kemungkinan adalah gas alam. Perkiraannya sekitar 900 triliun kaki
kubik, sama dengan cadangan yang dimiliki Qatar. (BBC Indonesia)
Ustadzah Latifah Musa juga memberikan analisisnya tentang kepentingan
AS di ASEAN—khususnya Indonesia, bahwa, “Banyak kemungkinan yang bisa
dilakukan AS di Indonesia. Tapi yang pasti, AS akan memilih cara yang
paling tidak menguras anggaran. Bahkan kalau perlu tanpa anggaran sama
sekali dan justru menguras kekayaan negara lain. Obama dituntut untuk
berbasa basi dengan manis, agar tak dilempar “sesuatu” semacam sepatu
seperti Bush. AS harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara
ASEAN,” jelasnya.
Ya, AS memang tengah morat-marit secara ekonomi. Utang dalam negeri
AS mencapai US 14,3 triliun dollar. Utang itu sudah setara dengan 100
persen dari produksi domestik bruto (PDB) AS selama setahun. PDB setara
dengan pendapatan. Jika AS ingin melunasi utangnya tersebut,
rasanya-rasanya tidak mungkin karena setiap hari mereka harus melakukan
banyak hal dan butuh biaya. Andai pun bisa, sepertinya AS harus
mengencangkan ikat pinggang, tidak melakukan pengiriman pasukan, tidak
menggerakkan mesin industrinya dan semua yang berkaitan dengan keperluan
hajat hidup untuk beberapa tahun ke depan. Apa itu mungkin? Mimpi!
Ustadzah Latifah Musa juga menyampaikan bahwa rencana kehadiran Obama
di KTT Pemimpin ASEAN pasti ada maunya, “Saat ini negara-negara ASEAN
menjadi mitra “terbaik” yang didambakan AS. Pasalnya, pada pertemuan AS
dengan Uni Eropa yang baru lalu, Menkeu AS sempat disemprot oleh Angela
Merkel, Kanselir Jerman. Ini gara-gara AS dianggap sok tahu karena
menasehati Uni Eropa agar segera mengatasi krisis di Yunani. Menurut
Merkel, AS lebih baik konsentrasi mengurusi negaranya yang sedang
dilanda krisis karena utang yang membengkak, daripada mengomentari
negara lain. Walhasil, AS merasa perlu teman dalam pertemuan G20 nanti.
Konon Indonesia adalah negara besar yang selalu berhasil dipecundangi
oleh AS,” sindirnya.
Namun, anehnya banyak orang yang tidak juga mengerti dan masih memuja
AS bak negara besar. Mungkin rakyat Indonesia dan sebagian besar warga
dunia menutup mata dengan apa yang tengah terjadi di AS? Selain itu,
mengapa banyak warga Indonesia yang amnesia bahwa Obama adalah presiden
dari negara penjajah dan negara teroris kelas wahid di dunia, sehingga
merasa perlu menyambut kedatangan kembali Obama ke negeri ini?
Menarik juga AS menjadikan Indonesia sebagai teman dalam banyak hal,
meskipun yang selalu dirugikan adalah Indonesia. Mungkin pemimpin dan
rakyatnya senang dicurangi, atau tidak sadar jika sudah dicurangi?
Beberapa pembicaraan media massa memang mengarah kepada informasi bahwa
AS akan menghapus utang negara Indonesia kepada AS. Benarkah? Lalu jika
memang dihapuskan, pemerintah Indonesia akan untung?
Dalam diskusi pekanan ini, peserta diskusi kembali disuguhi fakta
yang disodorkan Ustadzah Latifah Musa bahwa, “AS sedang tak punya uang.
Di satu sisi, AS punya kewajiban untuk melaksanakan proyek
penanggulangan iklim global. Pantas, karena AS adalah penyumbang
terbesar emisi gas karbon yang sangat berdampak pada pemanasan global.
Negara-negara dunia telah banyak mencaci maki AS atas borosnya pemakaian
bahan bakar karbon (migas), belum lagi ulahnya karena tidak menunjukkan
keseriusan dalam penanggulangan pemanasan global. Kebetulan Indonesia
memiliki banyak hutan. Kebetulan Indonesia ada sedikit hutang pada AS.
Kebetulan pemerintahnya tak banyak cing-cong dan gampang dibodohi.
Inilah yang selanjutnya menjadi jualan pamor AS pada pertemuan tingkat
tinggi negara-negara ASEAN,” terangnya dengan sangat meyakinkan.
Ah, maaf, bodoh benar pemimpin negeri ini, mau saja dikibuli Obama,
sang presiden negara penjajah. Tak sadarkah bahwa selama ini, sumber
daya alam Indonesia dikeruk nyaris habis? Cobalah tengok
perusahaan-perusahaan pengurasa SDA Indonesia seperti Freeport, Exxon,
Caltex dan perusahaan sejenis milik Amerika Serikat yang menghisap
manisnya SDA Indonesia.
Ustadzah Latifah Musa menambahkan penjelasannya soal ini bahwa
asiknya pihak asing menghisap kekayaan negeri kita bukan karena mereka
begitu perkasa, tetapi karena pemerintah kita juga tidak berdaya dan
malah memuluskan nafsu menjajah mereka, “Ya, pemerintah Indonesia
menanam dosa dengan mengeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 63
tahun 2004 serta Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1762 K/07/MEM/2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Atas dasar itu Polda Papua
membuat Nota Kesepahaman dengan PT Freeport. PT Freeport dianggap obyek
vital nasional yang harus dijamin keamanannya. Argumentasi terbalik
yang menyesatkan. Seharusnya militer justru mengamankan Papua dari
penjarahan PT Freeport terhadap aset penting nasional!”
Perlu solusi
Tentu saja, tujuan mendiskusikan suatu masalah adalah untuk mencari jalan keluar, mencari solusi. Maka, dalam diskusi aktual pekanan yang digelar 9 November 2011 ini harus memiliki solusi yang juga harus diketahui ummat Islam. Meski diskusi didominasi oleh pernyataan Ustadz Umar, Ustadzah Latifah Musa, dan Junnie—kadang sesekali saya ikut nimbrung ngasih data jika diperlukan sambil tetap fokus mencatat poin-poin penting dalam diskusi agar bisa dibuatkan laporannya seperti ini, tetapi alhamdulilllah tetap menarik. Sebabnya, baik peserta dari para santri Pesantren Media maupun kru VOI (Voice of Islam) sangat menikmati diskusi ini. Uniknya, diskusi ini meski membahas tema rumit dan ruwet tetap disampaikan dengan ringan, kadang bercanda sambil makan jagung rebus dan minum teh jeruk, namun tetap fokus pada solusi.
Tentu saja, tujuan mendiskusikan suatu masalah adalah untuk mencari jalan keluar, mencari solusi. Maka, dalam diskusi aktual pekanan yang digelar 9 November 2011 ini harus memiliki solusi yang juga harus diketahui ummat Islam. Meski diskusi didominasi oleh pernyataan Ustadz Umar, Ustadzah Latifah Musa, dan Junnie—kadang sesekali saya ikut nimbrung ngasih data jika diperlukan sambil tetap fokus mencatat poin-poin penting dalam diskusi agar bisa dibuatkan laporannya seperti ini, tetapi alhamdulilllah tetap menarik. Sebabnya, baik peserta dari para santri Pesantren Media maupun kru VOI (Voice of Islam) sangat menikmati diskusi ini. Uniknya, diskusi ini meski membahas tema rumit dan ruwet tetap disampaikan dengan ringan, kadang bercanda sambil makan jagung rebus dan minum teh jeruk, namun tetap fokus pada solusi.
Diskusi pekanan ini, selain menangkap momen penting dan untuk
kemaslahatan umat, juga sebagai sarana belajar para santri Pesantren
Media dan kru Voice of Islam untuk peka dan peduli terhadap isu yang
berkembang serta mampu menganalisisnya dan mendapatkan solusi darinya.
Alhamdulillah, meski bagi yang baru bergabung cukup mengerutkan dahi
karena minim informasi, tetapi lama kelamaan, karena sering didiskusikan
akhirnya mendapat pencerahan. Insya Allah. Semoga kajian rutin ini
mampu menjadi jalan pembuka bagi kesadaran peserta diskusi dan bagi
ummat pada umumnya untuk kian mengenal ideologi Islam dan
mengamalkannya.
Diskusi mengerucut kepada pembahasan: “Bolehkah kita menerima tamu
negara penjajah? Sebab Obama adalah presiden AS yang kita tahu bahwa
negara ini adalah penjahat perang.”
Ustadz Umar Abdullah dengan tegas memberikan jawaban bahwa kita harus
menolak Obama sebagai tamu. Ia memberikan keterangan, “Mengapa Obama
harus ditolak berkunjung ke Indonesia, atau paling tidak harus
dicuekkin? Karena obama adalah kepala negara Amerika Serikat yang
menjadi sekutu zionis Israel. Jika zionis Israel tak henti-hentinya
membunuhi kaum muslimin, maka sekutu Israel adalah juga musuh kaum
muslimin. Dan tidak ada interaksi dengan negara yang bersekutu dengan
musuh kecuali memeranginya.”
Ya, AS dan Zionis Israel saling mendukung satu sama lain. AS adalah
sekutu terbaik Israel. Sehingga pilihan logis dan syar’i adalah menolak,
atau cuekkin saja lah. Tak perlu disambut bak orang terhormat.
Tapi kok ada juga kaum muslimin yang malah membolehkan menerima Obama
sebagai tamu?
Ustadz Umar Abdullah membeberkan satu kisah atas alasannya menolak
kedatangan Obama. Menurutnya, “Ya, justru begitulah yang diteladankan
Rasulullah saw. ketika menolak, atau minimal mencuekkan kedatangan Abu
Sufyan bin Harb, pimpinan Mekkah, yang saat itu masih kafir gara-gara
Bani Bakar, sekutu Mekah, membunuh satu orang Bani Khuza’ah, sekutu
Madinah. Persekutuan Bani Bakar ke Mekah dan Persekutuan Bani Khuza’ah
ke Madinah ini terjadi sesaat setelah perjanjian Hudaybiyah
ditandatangani. Dan Abu Sufyan tahu apa konsekuensi penyerangan Bani
Bakar terhadap Bani Khuza’ah. Yaitu Madinah akan menyerang Mekkah!”
jelas Ustadz Umar Abdullah.
Nah, apa yang dilakuan Abu Sufyan waktu itu setelah tahu peristiwa
tersebut? Ustadz Umar Abdullah melanjutkan kisahnya, “Maka cepat-cepat
ia ke Madinah. Yang pertama didatanginya adalah rumah putrinya sendiri,
yaitu Ummu Habibah, yang menjadi istri Rasulullah saw. Ketika Abu Sufyan
akan menduduki kasur Rasulullah, Ummu Habibah cepat-cepat melipat kasur
tersebut agar tidak diduduki Abu Sufyan. Abu Sufyan berkata, “Hai
putriku, aku tidak tahu apakah engkau tidak menyukaiku duduk di atas
kasur ini dan engkau lebih menyukai dia duduk di atasnya.” Kata Ummu
Habibah, “Kasur ini milik Rasulullah saw, sedang engkau orang musyrik
dan najis. Jadi, aku tidak suka engkau duduk di atas kasur tersebut.”
“Kemudian Abu Sufyan menuju rumah Rasulullah saw. Rasulullah saw.
adalah Kepala Negara Islam Madinah. Abu Sufyan berbicara kepada
Rasulullah saw., namun Rasulullah saw. tidak menggubrisnya. Kemudian Abu
Sufyan pergi kepada Abu Bakar, Umar, Ali dan Fathimah binti Rasulullah
saw. agar mereka melunakkan hati Nabi saw. agar tidak menyerang Mekkah.
Namun para sahabat Nabi itupun tidak mau melayani permintaan Abu Sufyan.
Akhirnya Abu Sufyan pulang ke Mekkah dengan misi yang gagal total.
Jadi, selama Amerika Serikat menjadi sekutu Zionis Israel, musuh kaum
muslimin, maka selama itu pula ia diperlakukan sebagai musuh kaum
muslimin. Obama, kepala negaranya, harus ditolak, paling tidak harus
dicuekkin,” panjang lebar Ustadz Umar menyampaikan alasan menolak Obama,
karena itulah yang diajarkan oleh Islam.
Kira-kira apa yang hendak dilakukan oleh pemimpin negeri kita dalam
merespon rencana kedatangan Obama? Rasa-rasanya para pemimpin negeri
kita sulit untuk menolak kedatangan Obama, karena yang dilakukannya
justru menghormati tamu negara penjajah tersebut. Apa iya begitu?
Mengakhiri sesi diskusi pekan ini, Ustadzah Latifah memberikan
pendapatnya, “Jawabannya kembali kepada kita semua, para pemimpin
negara, tokoh masyarakat, militer, dan seluruh komponen bangsa ini.
Akankah bersedia menjadi pengkhianat yang terlaknat, ataukah pahlawan
yang menorehkan amal shalih terbesar sebagai seorang muslim yang menolak
harga dirinya diinjak-injak kaum penjajah?! Islam mengajarkan: ‘Isy
Kariiman aw Mut Syahiidan’ (Hiduplah mulia atau mati syahid!)”
Kesimpulannya: “Obama harus ditolak kehadirannya, karena ia pemimpin
negara yang bersekutu dengan Zionis Israel, dan juga pemimpin negara
yang telah mengalirkan jutaan tetes darah kaum muslimin di Irak,
Afghanistan, dan juga Palestina. Menyedot banyak Sumber Daya Alam di
negeri-negeri muslim, khususnya Indonesia.”
Demikian catatan hasil diskusi pekanan di Rumah Media, hasil
kerjasama MediaIslamNet dengan Pesantren Media. Semoga bisa menambah
wawasan kita dan semoga Allah Swt. memudahkan kita untuk berpikir
kritis, cerdas, dan islami dalam menghadapi berbagai perkembangan
peristiwa di sekitar kita. Tujuannya insya Allah demi kemaslahatan kaum
muslimin agar hanya aturan Allah Swt. dan RasulNya yang dijadikan
sandaran dalam segala aktivitas kehidupannya, sehingga keberkahan
senantiasa hadir dalam kehidupan kita, bagi masyarakat kaum muslimin dan
bagi negeri-negeri muslim. Semoga Allah menyegerakan pertolonganNya
agar tegak kembali Khilafah Islamiyah, institusi negara yang akan
melindungi kaum muslimin dan menampakkan kemuliaan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dengan keagungan syariatNya. Insya Allah. [OS]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar